Gak Perlu Bingung Lagi Pasang Tarif Jualanmu; Ini Caranya!

Jika kamu tidak menarif harga dirimu sendiri, maka orang lainlah yang akan melakukannya. Inilah kenyataan terbesar dari hidup!

Bagaimana cara mendapatkan tawaran terbaik, keuntungan maksimal, atau titik puncak dalam segala hal? Inilah caranya: mintalah setinggi bintang supaya kamu dapat yang setidaknya setinggi bulan.

Banyak hal dalam hidup ini nyaris bersifat subjektif, artinya bahwa tidak ada kebenaran mutlak dan pendapat cenderung menjadi fakta di hampir semua situasi baru. Kemudian, semua informasi akan disaring melalui subjektifitas baru itu.

Jika kamu ingin menarif harga dirimu, atau sesuatu yang kamu miliki, maka kamu harusnya menciptakan gambaran yang benar!

Dalam bernegosiasi, mulailah dengan harga yang sangat tinggi, sekalipun harga itu agak tidak masuk akal. Hal ini penting dilakukan, yang mana artinya kamu telah mengawali pembicaraan.

Ingat, kamu tidak sedang ingin ditertawakan karena harga tinggi yang kamu pasang, tetapi kamu sedang berusaha agar dianggap serius.

Setiap kita bertransaksi dengan seseorang, atau untuk sesuatu, yang belum diketahui nilainya, orang pertama yang memberikan penilaianlah yang akan menentukan harganya.

Ketika kita membicarakan nilai itu dalam kaitannya dengan orang lain, bukan dalam kaitan dengan nilai dia sebagai manusia. Maka, nilai adalah kuantitas yang tak diketahui, yang persepsi atasnya bisa diubah dengan menerapkan dua prinsip psikologi khusus.

Setiap kali bertransaksi atas sesuatu yang abstrak nilainya, tentukanlah harga sesukamu, dan sepanjang tidak ada nilai baku untuknya, kamu tidak akan dianggap tidak masuk akal.


Misalnya, kamu adalah seorang fotografer amatir—memotret hanya untuk hobi—dan seseorang ingin menyewa keahlianmu sebagai pekerja lepas. Berapa kamu akan memasang tarif?

Beberapa fotografer profesional memasang tarif Rp 5.000.000 per hari, katakanlah seperti itu. Apakah kamu selevel dengan mereka? Mungkin tidak, tetapi jika Anda memasang tarif Rp 250.000 per hari, kamu jelas tidak akan dianggap sebagai salah satu fotografer terbaik.

Akankah kamu ditertawakan jika memasang tarif Rp 2.000.000 per hari? Tentu tidak.

Sekalipun Anda berpikir bahwa mereka tidak akan mampu membayarmu sebanyak itu, tetapi kini kamu sedang bernegosiasi dari titik awal yang sangat tinggi—harga awal yang sudah kamu tetapkan.

Pada akhirya, kamu akan sah sah saja memasang harga jauh di bawah harga tersebut, dan mereka akan senang karena tidak mendapatkan fotografer yang berkualitas Rp 500.000.

Mereka akan merasa telah menyewa fotografer kelas Rp 2.000.000 per hari hanya dengan membayar Rp 500.000!

Sekarang kita lihat bagaimana hukum ini memengaruhi kita dalam kehidupan sehari-hari.

Misal kamu sedang berbelanja dan melihat sebuah jaket yang menurutmu cukup murah harganya, yakni Rp 170.000. Kamu kemudian berpikir, "Oke, lumayan."

Tetapi, kamu kemudian mengetahui bahwa harga jaket itu ternyata adalah Rp 1.700.000. Anggapan kamu tentang jaket itu pasti seketika berubah.

Kamu mulai menyadari bahwa jaket yang menurutmu cukup bagus itu ternyata memiliki kualitas bahan dan jahitan yang istimewa, dan Anda pun mencermatinya dengan teliti dan mengetahui mengapa jaket itu begitu mahal.

Ketika harganya Rp 1.700.000, kamu mungkin tidak membelinya. Tetapi, jika pada minggu berikutnya jaket itu dijual dengan harga Rp 490.000, kamu pasti langsung membelinya.

Mengapa? Karena ada nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain harga, ada faktor lain yang turut menentukan nilai. Kriteria lain yang menentukan harga adalah ketersediaan.

Singkatnya, semakin langka sesuatu, semakin tinggi orang menilainya. Emas, minyak, dan berlian jauh lebih bernilai daripada air dan udara yang tersedia secara melimpah.

Sekalipun kita sangat membutuhkan air dan udara, tetapi emas dan perhiasanlah yang kita anggap lebih bernilai. (Namun, tentu saja, air menjadi lebih berharga dari intan dan berlian manakala ia sangat sulit diperoleh).

Lalu bagaimana kamu menetapkan “harga” dirimu dalam hubungan pribadi? Ya, kamu juga bisa membuat dirimu lebih berharga dengan menjadikan kamu tidak mudah diperoleh.

Dalam hubungan seksual, misalnya, jika kamu sejak awal mengobralnya kepada pasanganmu (yang nonhalal pastinya), maka seks dan dirimu sendiri akan kurang dihargai. Hal ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan.

Dalam dunia kerja, jika kamu terlalu mengalah pada kepentingan atasan, apa kira-kira persepsi teman kerja dan bosmu? Apakah kamu akan dianggap berharga ataukah hanya seonggok benda?

Posting Komentar

0 Komentar