Berhentilah Membandingkan Dirimu Dengan Orang Lain

Saya nggak tahu pastinya, tapi ada masa saya merasa capek banget karena terus-terusan membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain. Huft! Rasanya seperti lagi ikut lomba lari, tapi saya nggak pernah tahu siapa lawannya, apa aturannya, dan kapan garis finish-nya. Dan yang lebih parah, seolah saya terus merasa tertinggal. Kamu pernah merasakan itu nggak? Kalau iya, santai, kamu nggak sendirian. Untungnya, banyak orang mengalami hal yang sama, apalagi di era sekarang yang segalanya serba terlihat sempurna di media sosial.

Kamu buka Instagram, lihat teman-teman kamu posting liburan ke tempat keren, dapat promosi kerja, atau berhasil bikin bisnis sendiri. Terus kamu refleks mikir, kok mereka bisa, ya? Kok gue masih begini-begini aja? Padahal, apa yang kamu lihat itu hanyalah sepotong kecil dari kehidupan mereka. Media sosial itu kayak galeri seni—semua dipoles, dirapikan, dan dipajang hanya untuk memperlihatkan sisi terbaik. Kamu nggak bakal lihat usaha keras di balik layar, kegagalan yang mereka alami, atau bahkan rasa lelah yang mungkin mereka rasakan. Jadi, membandingkan hidup kamu yang nyata dengan versi “highlight” orang lain itu nggak adil, kan?


Kita sering lupa kalau perjalanan hidup itu beda-beda. Ada yang jalannya mulus kayak aspal tol, tapi ada juga yang penuh belokan dan tanjakan. Kamu mungkin sedang di titik tanjakan yang curam, dan itu nggak apa-apa. Semua orang punya waktu masing-masing untuk sampai ke tujuan. Nggak ada aturan baku yang bilang kamu harus sukses di usia tertentu atau punya pencapaian tertentu. Hidup itu bukan balapan, apalagi balapan yang harus kamu menangkan sebelum orang lain. Hidup itu lebih mirip perjalanan santai, di mana kamu bisa berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan, mengambil napas, dan melanjutkan lagi saat kamu siap.

Kalau kamu merasa terlalu berat membandingkan diri terus-menerus, coba deh fokus ke apa yang udah kamu capai. Nggak peduli sekecil apapun itu, setiap langkah kecil tetap berarti. Kadang kita terlalu keras sama diri sendiri, sampai lupa untuk menghargai apa yang sudah kita lakukan. Coba pikirkan lagi, kapan terakhir kali kamu bilang, “Good job, gue udah sejauh ini” ke diri kamu sendiri? Kalau belum pernah, ini saatnya untuk mulai. Kamu bisa bikin daftar kecil tentang hal-hal yang pernah kamu capai, sekecil apapun itu. Misalnya, kamu berhasil menyelesaikan deadline kerja yang susah banget, atau mungkin kamu berhasil bangkit lagi setelah jatuh. Semua itu layak dirayakan, karena perjalanan hidupmu itu unik dan nggak bisa dibandingkan dengan orang lain.

Selain itu, nggak ada salahnya kok untuk ambil jeda dari media sosial. Kadang, dunia digital ini terlalu bising, sampai-sampai kamu lupa kalau ada dunia nyata di luar sana yang lebih damai dan menyenangkan. Coba deh hapus sementara aplikasi-aplikasi itu dari ponsel kamu, atau setidaknya kurangi waktu scrolling-nya. Gunakan waktu yang kamu hemat itu untuk hal-hal yang bikin kamu bahagia. Baca buku, coba resep masakan baru, jalan-jalan di taman, fotografi, atau mungkin mulai menulis jurnal harian. Kegiatan-kegiatan ini nggak cuma membantu kamu “detoks” dari media sosial, tapi juga bikin kamu lebih dekat sama diri sendiri.

Ketika kamu sudah mulai belajar untuk nggak terlalu membandingkan diri, kamu akan sadar kalau hidup itu jauh lebih tenang. Nggak ada tekanan untuk selalu jadi yang terbaik, nggak ada rasa cemas karena merasa tertinggal. Yang ada hanya kamu dan perjalananmu sendiri, dengan semua liku-likunya. Ingat, setiap orang punya ritme hidup yang berbeda. Ada yang cepat, ada yang lambat, tapi itu semua tetap valid. Hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi tentang bagaimana kamu menikmati setiap momen yang ada.

Kalau kamu masih merasa kesulitan, jangan ragu untuk cari dukungan dari orang-orang terdekat. Kadang, berbagi cerita dengan teman atau keluarga bisa sangat membantu. Mereka bisa memberikan sudut pandang yang baru, atau sekadar menjadi pendengar yang baik. Dukungan emosional dari orang lain itu penting, lho. Jangan takut untuk bilang kalau kamu butuh bantuan atau sekadar ingin didengar. Percayalah, kamu nggak perlu menghadapi semuanya sendirian.

Dan yang paling penting, selalu ingat kalau kamu cukup. Kamu nggak perlu jadi seperti orang lain untuk merasa berarti. Kamu punya nilai karena kamu adalah dirimu sendiri. Jadi, daripada terus fokus pada apa yang nggak kamu miliki, kenapa nggak mulai mensyukuri apa yang sudah ada? Bersyukur itu nggak berarti kamu berhenti berusaha, tapi itu adalah cara untuk menikmati perjalanan sambil tetap bergerak maju. Seperti kata pepatah, “Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil.” Jadi, teruslah melangkah, sekecil apapun langkah itu.

Kamu nggak tertinggal. Kamu cuma sedang menunggu waktu terbaik untuk bersinar.

Posting Komentar

27 Komentar

  1. Setuju, tulisan sarat makna yang memotivasi

    BalasHapus
  2. Hal yang sama sering kali saya hadapi dan lakukan.Sampai sampai sering kali melupakan pencapaian yg sudah kita raih. Lupa akan keberhasilan yg sdh kita raih dengan penuh perjuangan. Padahal di luar sana orang justru memuji tentang pencapaian dan keberhasilan kita. Justru kita sendiri yg melupakannya karena sibuk membandingkan pencapaian orang lain yg menurut kita lebih baik, lebih wah lebih okey. Dari membaca tulisan Kakak seperti kembali ke masa lalu dan tersadar apa yg selama ini telah salah dalam menghakimi diri sendiri. Terima kasih sudah mengingatkan kembali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk feedback-nya, Kak. Semoga kita bisa jadi pribadi yang pandai bersyukur, ya. Semoga harimu menyenangkan!

      Hapus
  3. luar biasa kang, terkadang tanpa sadar kita membandingkan dengan orang lain sehingga lupa bersukur atas apa yang telah kita capai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, semoga kita jadi pribadi yang selalu bersyukur, amin.

      Hapus
  4. Setuju bnget kang.. Seringbgt kita membndingkan diri dng org lain tanpa kita tau bagaimana proses yg sudah dilaluinya.
    Terimaksih unt selfreminderny kang.. Tulisan yang sngat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk kunjungan dan feedbacknya kak Rahmi, semoga kita senantiasa jadi pribadi yang senantiasa bersyukur, amin :D

      Hapus
  5. Keren, tulisannya menginspirasi dan menjadi bahan untuk menulis lagi

    BalasHapus
  6. Masyaallah keren dan menginspirasi. Izin pakai ceritanya untuk menginspirasi mahasiswa saya yaa Pak. Semangat untuk menulis dan berbagi terus. Sehat selalu Pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah Tabarakallah. Silahkan pak/bu Dosen.. semoga jadi manfaat! Amin

      Hapus
  7. Setiap orang punya sejarah atau backgroundnya pun beda2, keberhasilan atau ketidakberuntungan nya seseorang tidak bisa disamakan, satu dengan yang lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah mengapa, kita harus pandai-pandai bersyukur. Biar jadi orang yang selalu beruntung :D

      Hapus
  8. Ya Mas ya, orang itu punya waktu tersendiri untuk mencapai cemerlang. Tapi kalau menjadikan oranglain sebagai pompa, sah sah saja kan Mas. Agar angin inspirasi memenuhi pikiran kita. Makasih Mas pencerahannya.

    BalasHapus
  9. Benar sekali, terkadang lupa bahwa diri sendiri sudah cukup baik...sudah melampaui dari sebelumnya, terima kasih pencerahannya

    BalasHapus
  10. Mantabs , memang kita perlu menghargai kita sendiri, dan semua orang pasti sdh ada jalan hidupnya masing2, tinggal kitanya sendiri bagimana cara mensikapi dalam memilih dan menjalani kehidupan ini......

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Terimakasih kak Aan atas remindernya semoga kita selalu bersyukur atas nikmat Allah dan bila membandingkan diri kita sekarang dengan yang lalu saja..untuk refleksi dan buat resolusi...mumpung moment nya pas nih...apakah kak Aan dkk sudah buat harapan 2025?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, senang sekali atas kunjungannya ke blog ini, terima kasih. Omong-omong harapan, saya sepertinya ada juga, dan ini sepertinya lebih besar dari tahun 2024, mau tau nggak? :D

      Hapus
  13. Betul sekali, kak. Boleh gak, misalnya, kalau tulisan seperti ini di-copas terus dibagikan di medsos dg disertakan nama penulis atau link sumbernya? Hehe...

    BalasHapus