Ada satu kutipan yang saya temukan di media sosial, kira-kira begini bunyinya, “Kita tidak dibayar atas waktu yang kita habiskan, tapi kita dibayar atas masalah yang telah kita selesaikan.” Selanjutnya, “Semakin besar masalahnya, semakin besar pula bayarannya.” Mari kita sedikit ulas kutipan itu dengan sudut pandang Stoik yang kebetulan sedang saya baca-baca beberapa bukunya. (Jadi ketahuan lagi banyak pikiran, kan?)
Jadi, pernah nggak kamu berpikir tentang waktu yang hilang? Jam demi jam yang kita habiskan untuk bekerja, berlari mengejar target, atau sekadar tenggelam dalam rutinitas. Kadang, rasanya seperti pasir yang mengalir di sela-sela jari. Tidak peduli seberapa erat kita menggenggam, waktu tetap saja hilang. Namun, saya pikir ada sudut pandang yang bisa mengubah cara kita melihat semuanya. Sebuah lensa yang diajarkan oleh kutipan tadi, bahwa nilai kita bukan dari waktu yang terlewat, tetapi dari masalah yang kita selesaikan.
Bayangkan hidup ini seperti sebuah lautan luas. Kamu adalah seorang pelaut yang mencoba menavigasi badai, angin kencang, dan gelombang besar. Waktu adalah angin; ia terus berhembus, tak bisa dihentikan. Tapi, apa yang benar-benar menentukan perjalananmu bukanlah seberapa lama kamu menghabiskan waktu di atas kapal, melainkan seberapa jauh kapal itu melaju dan pelabuhan apa yang berhasil kamu tuju. Inilah esensi dari Stoikisme yang saya baca-baca: fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan.
Para Stoik seperti Marcus Aurelius atau Seneca percaya bahwa kehidupan tidak diukur dari panjangnya waktu, tetapi dari kualitas tindakan kita. Ketika kita memilih untuk menyelesaikan masalah, kita sebenarnya sedang menciptakan dampak. Semakin besar masalah yang kita selesaikan, semakin kuat dampaknya, bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri kita sendiri. Seperti batu yang dilempar ke danau, masalah yang besar menghasilkan riak yang jauh lebih luas.
Tapi, menyelesaikan masalah bukan berarti selalu harus menjadi pahlawan besar dalam cerita epik. Terkadang, itu adalah hal sederhana seperti membantu teman menemukan jalan keluar dari kebingungan, memberikan nasihat yang tulus, atau bahkan menghadapi ketakutanmu sendiri. Setiap langkah kecil adalah kemenangan, dan setiap kemenangan memberi makna pada waktu yang kita miliki.
Dalam hal urusan dunia yang sering kali menilai kita dari jam kerja atau kecepatan menyelesaikan tugas, filsafat Stoik mengajarkan sesuatu yang berbeda: hidup dengan prinsip. Apa masalah yang benar-benar layak untuk diselesaikan? Apa yang akan memberi makna pada usahamu? Ini seperti seorang pemahat yang tidak asal memukul batu, tetapi melihat bentuk yang tersembunyi di dalamnya. Dengan setiap pukulan pahat, dia mendekati visinya, menciptakan sesuatu yang bernilai.
Tentu saja, menjalani hidup seperti ini membutuhkan keberanian. Karena, jujur saja, fokus pada dampak sering kali berarti menghadapi masalah yang tidak nyaman, yang menantang, yang membuatmu bertanya apakah kamu cukup kuat. Tapi di situlah pertumbuhan terjadi. Seneca pernah berkata, “Kesulitan memperlihatkan siapa dirimu sebenarnya.” Dan seperti halnya emas yang dimurnikan dalam api, masalah besar adalah ujian yang membentukmu menjadi lebih baik.
Bayangkan kamu sedang memanjat gunung. Setiap langkah terasa berat, napasmu tersengal-sengal, dan kadang kamu tergoda untuk berhenti. Tapi ketika kamu mencapai puncak, pandangan yang terbentang di depan matamu menghapus semua rasa lelah. Kamu menyadari bahwa perjalanan itu, setiap tantangan dan masalah yang kamu hadapi, adalah bagian dari keindahannya.
Jadi, ketika waktu terasa seperti pasir yang menghilang, ingatlah ini: fokuslah pada apa yang bisa kamu ciptakan, bukan apa yang kamu habiskan. Hidup ini bukan tentang menghitung jam, tetapi tentang membuat jam-jam itu berarti. Dan semakin besar masalah yang kamu selesaikan, semakin besar pula bayaran, bukan hanya dalam bentuk materi saja, tetapi dalam rasa pencapaian yang tak tergantikan.
Kamu bukan hanya pelaut yang terbawa angin, kamu adalah nakhoda dari perjalananmu sendiri. Dengan setiap masalah yang kamu selesaikan, kamu sedang menuliskan cerita hidupmu–sebuah cerita yang akan terus bergema, bahkan setelah waktu berhenti berdetak.
0 Komentar